ACASNANCLKANCLNkjcncnaklcnslkvnalkndvlknvlknadkvbsakasj
vasdvAKJSNVKJASNVKSN
VASKVNASKJNVKANV
PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
- Pengertian
psikologi kepribadian
Kata personality dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Yunani kuno prosopon atau persona, yang artinya ‘topeng’ yang biasa dipakai artis dalam theater. Para artis itu bertingkah laku sesuai dengan ekspresi topeng yang dipakainya, seolah-olah topeng itu mewakili ciri kepribadian tertentu. Jadi konsep awal pengertian personality (pada masyarakat awam) adalah tingkah laku yang ditampakkan ke lingkungan sosial- kesan mengenai diri yang diinginkan agar dapat ditangkap oleh lingkungan sosial.[1]
Ada beberapa kata atau istilah yang oleh masyarakat
diperlakukan sebagai sinonim kata personality, namun ketika istilah-istilah itu
dipakai di dalam teori kepribadian diberi makna berbeda-beda. Istilah yang
berdekatan maknanya antara lain :
1. Personality (kepribadian);
penggambaran perilaku secara deskriptif tanpa memberi nilai (devaluative)
2. Character (karakter); penggambaran
tingkah laku dengan menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara
ekspilit maupun implisit.
3. Disposition (watak); karakter yang
telah dimiliki dan sampai sekarang belum berubah.
4. Temperament (temperament);
kepribadian yang berkaitan erat dengan determinan biologic atau fisiologik,
disposisi hereditas.
5. Traits (sifat); respons yang senada
(sama) terhadap kelompok stimuli yang mirip, berlangsung dalam kurun waktu yang
(relatif) lama.
6. Type-Attribute (ciri): mirip dengan
sifat, namun dalam kelompok stimulasi yang lebih terbatas.
7. Habit (kebiasaan): respon yang sama
cenderung berulang untuk stimulus yang sama pula.
Sampai sekarang, masih belum ada batasan formal
personality yang mendapat pengakuan atau kesepakatan luas dilingkungan ahli
kepribadian. Masing-masing pakar kepribadian membuat definisi sendiri-sendiri
sesuai dengan paradigma yang mereka yakini dan fokus analisis dari teori yang
mereka kembangkan. Berikut adalah beberapa contoh definisi kepribadian:
1. Kepribadian adalah nilai sebagai stimulus sosial,
kemampuan menampilkan diri secara mengesankan (Hilgard & Marquis)
2. Kepribadian adalah kehidupan seseorang secara
keseluruhan, individual, unik, usaha mencapai tujuan, kemampuannya bertahan dan
membuka diri, kemampuan memperoleh pengalaman (Stern)
3. Kepribadian adalah organisasi dinamik dalam
sistem psikofisiologik seorang yang menentukan model penyesuaiannya yang unik
dengan lingkungannya (Allport)
4. Kepribadian adalah pola trait-trait yang unik
dari seseorang (Guilford)
5. Kepribadian adalah seluruh karakteristik
seseorang atau sifat umum banyak orang yang mengakibatkan pola yang menetap
dalam merespon suatu situasi (Pervin)
6. Kepribadian adalah seperangkat karakteristik dan
kecenderungan yang stabil, yang menentukan keumuman dan perbedaan tingkah laku
psikologik (berpikir, merasa, dan gerakan) dari seseorang dalam waktu yang
panjang dan tidak dapat dipahami secara sederhana sebagai hasil dari tekanan
sosial dan tekanan biologic saat itu (Mandy atau Burt)
7. Kepribadian adalah suatu lembaga yang mengatur
organ tubuh, yang sejak lahir sampai mati tidak pernah berhenti terlibat dalam
pengubahan kegiatan fungsional (Murray)
8. Kepribadian adalah pola khas dari fikiran,
perasaan, dan tingkah laku yang membedakan orang satu dengan yang lain dan
tidak berubah lintas waktu dan situasi (Phares)
Jelas, masing-masing definisi mencoba menonjolkan aspek
yang berbeda-beda, dan disusun untuk menjawab tantangan permasalahan yang
berbeda. Lebih menguntungkan memahami beberapa teori dan memilih teori yang
tepat untuk diterapkan pada masalah yang tepat, disamping tetap memakai
teori-teori yang lain sebagai pembanding sehingga keputusan profesional yang
diambil seorang psikologi dapat lebih dipertanggung jawabkan. Namun
sesungguhnya dari berbagai definisi itu, ada lima persamaan yang menjadi ciri
bahwa definisi itu adalah definisi kepribadian, sebagai berikut :[2]
1. Kepribadian bersifat umum; Kepribadian menunjuk
kepada sifat umum seseorang-fikiran, kegiatan, dan perasaan- yang berpengaruh
terhadap keseluruhan tingkah lakunya.
2. Kepribadian bersifat khas: Kepribadian dipakai
untuk menjelaskan sifat individu yang membedakan dia dengan orang lain, semacam
tanda tangan atau sidik jari psikologik, bagaimana individu berbeda dengan yang
lain.
3. Kepribadian berjangka lama: Kepribadian dipakai
untuk menggambarkan sifat individu yang awet, tidak mudah berubah sepanjang
hayat. Kalaku terjadi perubahan biasanya bersifat bertahap atau akibat merespon
suatu kejadian yang luar biasa.
4. Kepribadian bersifat kesatuan: Kepribadian dipakai
untuk memandang diri sebagai unit tunggal, struktur atau organisasi internal
hipotetik yang membentuk suatu kesatuan.
5. Kepribadian bisa berfungsi baik atau buruk:
Kepribadian adalah cara bagaimana orang berada di dunia. Apakah dia tampil
dalam tampilan yang baik, kepribadiannya sehat dan kuat? Atau tampil sebagai
burung yang lumpuh? Yang berarti kepribadiannya menyimpang atau lemah? Ciri
kepribadian sering dipakai untuk menjelaskan bagaimana dan mengapa orang senang
dan mengapa susah, berhasil atau gagal, berfungsi penuh atau berfungsi
sekedarnya.
- Beberapa
teori dalam psikologi kepribadian
1) Psikoanalisis Klasik (SIGMUD FREUD
1856-1939)
Struktur Kepribadian
Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat
kesadaran, yakni sadar (Conscious), pra sadar (Preconscious),
dan tidak sadar (Unconscious). Alam sadar adalah
apa yang anda sadari pada saat tertentu, penginderaan langsung, ingatan,
persepsi, pemikiran, fantasy, perasaan yang anda miliki. Terkait erat dengan
alam sadar ini adalah apa yang dinamakan Freud dengan alam pra
sadar, yaitu apa yang kita sebut dengan saat ini dengan ‘kenangan yang
sudah tersedia’ (available memory), yaitu segala sesuatu yang dengan
mudah dapat di panggil ke alam sadar, kenangan-kenangan yang walakupun tidak
anda ingat waktu berpikir, tapi dapat mudah dengan mudah dipanggil lagi. Adapun
bagian terbesar adalah alam bawah sadar (Unconscious mind).
Bagian ini mencakup segala sesuatu yang sangat sulit dibawa ke alam bawah
sadar, seperti nafsu dan insting kita serta segala sesuatu yang masuk ke situ
karena kita tidak mampu menjangkaunya, seperti kenangan atau emosi-emosi yang
terkaitdengan trauma.[3]
Id (Is [Latin], atau es [Jerman]) Id
adalah kepribadian yang dibawa sejak lahir. Dari Id ini akan muncul ego dan
super-ego. Saat dilahirkan, Id berisi semua aspek psikologis yang diturunkan,
seperti insting, impuls dan drive. Id berada dan beroperasi dalam daerah unconscious,
mewakili subyektifitas yang tidak pernah disadari sepanjang usia. Id
berhubungan erat dengan proses fisik untuk mendapatkan enerji psikis yang
digunakan untuk mengoperasikan sistem dari struktur kepribadian lainnya.
Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure
principle), yaitu : berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa
sakit. Bagi Id, kenikmatan adalah keadaan yang relatif inaktif atau tingkat
energi yang rendah, dan rasa sakit adalah tegangan atau peningkatan energi yang
mendambakan kepuasan.pleasure principle diproses dengan du acara,
tindak refleks (refllex actions) dan proses primer (primary process).
Tindak refleks adalah reaksi otomatis yang dibawa sejak lahir seperti
mengejabkan mata-dipakai untuk menangani kepuasan rangsang sederhana dan
biasanya dapat segera dilakukan. Proses primer adalah reaksi membayangkan/
mengkhayal sesuatu yang dapat mengurangi atau menghilangkan tegangan-dipakai
untuk menangani stimulus kompleks, seperti bayi yang lapar membayangkan makanan
atau punting ibunya.
Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu
membedakan khayalan itu dengan kenyataan yang benar-benar memuaskan kebutuhan.
Id tidak mampu membedakan yang benar dan yang salah, tidak tahu moral. Jadi
harus dikembangkan jalan memperoleh khayalan itu secara nyata, yang memberikan
kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru khususnya masalah moral. Alasan ini
lah yang kemudian membuat Id memunculkan ego.
The Ego (Das Ich [Jerman]), ego
berkembang dari Id agar orang mampu menangani realitas; sehingga ego beroperasi
mengikuti prinsip realita (reality principle); usaha memperoleh kepuasan
yang dituntut Id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda
kenikmatan sampai ditemukan obyek yang nyata-nyata dapat memuaskan kebutuhan.
Ego adalah eksekutif
(pelaksana) dari kepribadian, yang memiliki dua tugas utama;
pertama, memilih stimulasi mana yang hendak direspon dan atau insting mana yang
akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan
bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang
resikonya minimal. Dengan kata lain, ego sebagai eksekutif kepribadian berusaha
memenuhi kebutuhan Id sekaligus juga memenuhi kebutuhan moral dan kebutuhan
perkembangan-mencapai-kesempurnaan dari superego. Ego sesungguhnya bekerja
untuk memuaskan Id, karena itu ego yang tidak memiliki enerji sendiri untuk
akan memperoleh enerji dari Id.
The Superego (Das Ueber Ich[Jerman]), adalah kekuatan moral dan etik dari
kepribadian, yang beroperasi memakai prinsip idealistic (idealistic
principle) sebagai lawan dari prinsip kepuasan Id dan prinsip realistik
dari ego. Superego berkembang dari ego, dan seperti ego dia tidak mempunyai
enerji sendiri. Sama dengan ego, superego beroperasi di tiga daerah kesadaran.
Namun berbeda dengan ego, dia tidak mempunyai kontak dengan dunia luar (sama
dengan Id) sehingga kebutuhan kesempurnaan yang dijangkaunya tidak realistik
(Id tidak realistik dalam memperjuangkan kenikmatan).
Prinsip idealistic mempunyai dua subprinsip, yakni consciencedan ego-ideal.
Superego pada hakekatnya merupakan elemen yang mewakili nilai-nilai orang tua
atau interpretasi orang tua menangani standart sosial, yang diajarkan kepada
anak melalui berbagai larangan dan perintah. Apapun tingkah laku yang dilarang,
dianggap salah, dan dihukum oleh orang tua, akan diterima menjadi suara hati (conscience),
yang berisi apa saja yang tidak boleh dilakukan. Apapun yang disetujui,
dihadiahi dan dipuji orang tua akan diterima menjadi standar kesempurnaan atau
ego idea, yang berisi apa saja yang seharusnya dilakukan. Proses pengembangan
konsensia dan ego ideal, yang berarti menerima standar salah dan benar itu
disebut introyeksi (introjection). Sesudah menjadi introyeksi, kontrol
pribadi akan mengganti kontrol orang tua.
Superego bersifat nonrasional dalam menuntut
kesempurnaan, menghukum dengan kesalahan ego, baik yang telah dilakukan maupun
baru dalam fikiran. Paling tidak ada 3 fungsi dari superego; (1) mendorong ego
menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan-tujuan moralistic, (2) memerintah
impuls Id, terutama impuls seksual dan agresif yang bertentangan dengan
standart nilai masyarakat, dan (3) mengejar kesempurnaan.[4]
Perkembangan Kepribadian
Freud adalah teoritis pertama yang memusatkan
perhatiannya kepada kepribadian, dan menekankan pentingnya peran masa bayi dan
awal-awal dalam pembetukan karakter seseorang. Freud yakin dasar kepribadian
sudah terbentuk pada usia 5 tahun, dan perkembangan kepribadian sesudah usia 5
tahun sebagian besar hanya merupakan elaborasi dari struktur dasar tadi. Tehnik
psikoanalisis mengeksplorasi jiwa pasien antara lain dengan mengembalikan
mereka ke pengalaman masa kanak-kanak.
Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi tiga
tahapan, yakni tahap infantile (0-5 tahun), tahap laten (5-12 tahun), dan tahap
genital (>12 tahun). Tahap infantile yang paling menentukan dalam
pembentukan kepribadian, terbagi dalam tiga fase, yakni fase oral, fase anal,
fase falis. Perkembangan kepribadian ditentukan terutama oleh perkembangan
seks, yang terkait dengan perkembangan biologis, sehingga tahap ini disebut
juga tahap seksual infantile. Perkembangan insting seks berarti perubahan
katektis seks, dan perkembangan biologis menyiapkan bagian tubuh untuk dipilih
menjadi pusat kepuasan seksual. Pemberian nama fase-fase perkembangan infantile
sesuai dengan bagian tubuh-daerah arogan-yang menjadi kateksis seksual pada
fase itu. Tahap perkembangan psikoseksual itu adalah :[5]
Þ Fase Oral berlangsung dari usia 0
sampai 18 bulan. Titik kenikmatan terletak pada mulut, dimana aktifitas yang
paling utama adalah menghisap dan menggigit.
Þ Tahap Anal yang berlangsung dari usia
18 bulan sampai 3-4 tahun. Titik kenikmatan di tahap ini adalah anus. Memegang
dan melepaskan sesuatu adalah aktifitas yang paling dinikmati.
Þ Tahap Phallic berlangsung
antara usia 3 sampai 5, 6 atau 7 tahun. Titik kenikmatan di tahap ini adalah
alat kelamin, sementara aktivitas paling nikmatnya adalah masturbasi.
Þ Tahap Laten berlangsung dari usia 5,
6, atau 7 sampai usia pubertas ( sekitar 12 tahun ). Dalam tahap ini, Freud
yakin bahwa rangsangan-rangsangan seksual ditekan sedemikian rupa demi proses
belajar
Þ Tahap Genital dimulai pada saat usia
pubertas, ketika dorongan seksual sangat jelas terlihat pada diri remaja,
khususnya yang tertuju pada kenikmatan hubungan seksual. Mastrubasi, seks,
oral, homo seksual dan kecenderungan-kecenderungan seksual yang kita anggap
biasa saat ini, tidak dianggap Freud sebagai seksualitas yang normal.
2) Psikologi Individual (ALFRED ADLER
1870-1937)
Struktur Kepribadian
Manusia adalah mahluk sosial. Bahwa manusia merupakan
suatu keseluruhan yang tidak dapat terbagi-bagi, tampaknya sudah jelas bagi
kita. Hal ini merupakan arti pertama dari ucapan “manusia adalah mahluk
individual “. Mahluk individual berarti mahluk yang tidak dapat
dibagi-bagi (in-dividere).
Aristoteles seakan-akan berpendapat bahwa manusia itu
merupakan penjumlahan dari beberapa kemampuan tertentu yang masing-masing
bekerja sendiri, seperti kemampuan vegetatif: makan, berkembang
biak; kemampuan sensitif: bergerak mengamati-amati, bernafsu, dan
berperasaan; berkemampuanintelektif: berkemampuan dan berkecerdasan.[6]
Segi utama lainnya yang perlu diperhatikan adalah bahwa
manusia secara hakiki merupakan mahluk sosial. Sejak ia dilahirkan, ia
membutuhkan pergaulan dengan orang-orang lain untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan biologisnya, yaitu makan, minuman, dan lain-lain.
Manusia, selain mahluk individual yang sebenarnya tidak
perlu lagi dibuktikan kebenarannya, sekaligus juga merupakan mahluk sosial. Hal
ini pun sebenarnya tidak perlu dibuktikan. Disamping itu manusia merupakan
mahluk yang bertuhanan. Hal terakhir juga tidak perlu dibuktikan lagi, sebab
bagi manusia terutama Indonesia yang sudah dewasa dan sadar akan dirinya sudah
jelas sulit menolak adanya kepercayaan terhadap Tuhan, sebagai segi hakiki
dalam perikehidupan manusia dan segi khas bagi manusia pada umumnya.
Adler yakin bahwa individu memulai hidup dengan kelemahan
fisik yang mengaktifkan perasaan interior, perasaan yang menggerakkan orang
untuk bergerak atau berjuang menjadi superioritas atau menjadi sukses. Individu
yang secara psikologis kurang sehat berjuang untuk menjadi pribadi superior,
dan individu yang sehat termotivasi untuk mensukseskan umat manusia.
Pokok-Pokok Teori Adler
1. Individualitas sebagai pokok persoalan
Adler memberi tekanan kepada pentingnya sifat khas (unik)
kepribadian, yaitu individualitas, kebetulan serta sifat-sifat pribadi manusia.
Menurut Adler tiap orang adalah suatu kongfigurasi motif-motif, sifat-sifat,
serta nilai-nilai yang khas; tiap tindak yang dilakukan oleh seseorang
membawakan corak yang khas gaya kehidupannya yang bersifat individual.
2. Pandangan Teleologis: Finalisme Semu
Vaihinger mengemukakan, bahwa setiap manusia hidup dengan
berbagai macam cita-cita atau pikiran yang semata-mata bersifat semu, yang
tidak ada buktinya atau pasangannya yang realitas.
3. Dua Dorongan Pokok
Di dalam diri manusia terdapat dua dorongan pokok, yang
mendorong serta melatarbelakangi segala tingkah lakunya, yaitu :
a) Dorongan kemasyarakatan yang mendorong manusia
bertindak yang mengabdi kepada masyarakat; dan
b) Dorongan keakuan, yang mendorong manusia
bertindak yang mengabdi kepada aku sendiri.
4. Rasa Rendah Diri dan Kompensasi
Adler berpendapat, bahwa rasa rendah diri itu bukanlah
suatu pertanda ketidak normalan; melainkan justru merupakan pendorong bagi
segala perbaikan dalam kehidupan manusia. Tentu saja dapat juga rasa rendah
diri itu berlebihan sehingga manifestasinya juga tidak normal, misalnya
timbulnya kompleks rendah diri atau kompleks untuk superior. Tetapi dalam
keadaan normal rasa rendah diri itu merupakan pendorong kearah kemajuan atau
kesempurnaan (superior).
5. Dorongan Kemasyarakatan
Dorongan kemasyarakatan itu adalah dasar yang dibawa
sejak lahir; pada dasarnya manusia adalh mahluk sosial. Namun sebagaimana
lain-lain kemungkinan bawaan, kemungkinan mengabdi kepada masyarakat itu tidak
nampak secara spontan, melainkan harus dibimbing atau dilatih.
Gambaran tentang manusia sempurna hidup dalam masyarakat
sempurna menggantikan gambaran manusia kuat, agresif dan menguasai serta
memeras masyarakat.
“Dorongan untuk berkuasa, memainkan peranan terpenting
dalam perkembangan kepribadian” ( Adler, 1946, p. 145.)
6. Gaya Hidup
Gaya hidup ini adalah prinsip yang dipakai landasan untuk
memahami tingkah laku seseorang; inilah yang melatarbelakangi sifat khas
seseorang.
Gaya hidup seseorang itu telah terbentuk antara umur tiga
sampai lima tahun, dan selanjutnya segala pengalaman dihadapi serta
diasimilasikan sesuai dengan gaya hidup yang khas itu.
7. Diri yang Kreatif
Diri yang kreatifitas adalah penggerak utama, pegangan
filsafat, sebab pertama bagi semua tingkah laku. Sukarnya menjelaskan soal ini
ialah karena orang tidak dapat menyaksikan secara langsung akan tetapi hanya
dapat menyaksikan lewat manifestasinya.[7]
Mengatasi Inferioritas dan Menjadi
Superioritas:
Dorongan Maju.[8]
Bagi Adler, kehidupan manusia dimotivasi oleh atau
dorongan utama-dorongan untuk mengatasi perasaan inferior dan menjadi superior.
Jadi tingkah laku ditentukan utamanya oleh pandangan mengenai masa depan,
tujuan, dan harapan kita. Didorong oleh perasaan inferior, dan ditarik
keinginan menjadi superior, maka orang mencoba untuk hidup sesempurna mungkin.
Inferiorta bagi Adler berarti perasaan lemah dan tidak
terampil dalam menghadapi tugas yang harus diselesaikan. Bukan rendah diri
terhadap orang lain dalam pengertian yang umum, walakupun ada unsur
membandingkan kemampuan khusus diri dengan kemampuan orang lain yang lebih
matang dan berpengalaman. Superiorita, pengertiannya mirip dengan trandensi
sebagai awal realisasi diri dari Jung, atau aktualisasi dari Horney dan Maslow.
Superiorita bukan lebih baik dibanding orang lain atau mengalahkan orang lain,
tetapi berjuang menuju superiorita berarti terus menerus berusaha menjadi lebih
baik-menjadi semakin dekat dengan tujuan final.
Perasaan inferioritas ada pada semua orang, karena
manusia mulai hidup sebagai mahluk kecil dan lemah. Sepanjang hidup, perasaan
iri terus muncul ketika orang menghadapi tugas baru dan belum dikenal yang
harus diselesaikan.
Banyak orang yang berjuang menjadi superioritas dengan
tidak memperhatikan orang lain. Tujuannya bersifat pribadi, dan perjuangannya
dimotivasi oleh perasaan diri inferior yang berlebihan. Pembunuh, pencuri,
pemain porno adalah contoh ekstrim yang berjuang hanya untuk mencapai
keuntungan pribadi. Namun pada umumnya perbuatan atau perjuangan menjadi
superior sukar dibedakan, mana yang motivasinya untuk keuntungan pribadi dan
mana yang motivasinya minat sosial. Orang yang secara psikologi sehat, mampu
meninggalkan perjuangan menguntungkan diri sendiri menjadi perjuangan yang
termotivasi oleh minat sosial, perjuangan untuk menyukseskan nilai-nilai
kemanusiaan. Orang ini membantu orang lain tanpa mengharap imbalan, melihat
orang lain bukan sebagai saingannya akan tetapi sebagai rekan yang siap
bekerjasama demi kepentingan sosial.
Kesatuan (Unity) Kepribadian
Adler memilih psikologi individu (individual psychology)
dengan harapan dapat menekankan keyakinannya bahwa setiap manusia itu unik dan
tidak dapat dipecah-pecahkan. Psikologi individual menekankan pentingnya unitas
kepribadian. Pikiran, perasaan, dan kegiatan semuanya diarahkan kesatu tujuan
tunggal dan mengejar satu tujuan.
Gaya Hidup
Adler juga dipengaruhi oleh Jan Smuts, filosofi dan
negarawan Afrika Selatan. Menurut Smuts, kalaku ingin memahami orang lain, kita
harus memahami dia dalam kesatuan yang utuh, bukan dalam bentuk yang
terpisah-pisah, dan yang lebih penting lagi, kita harus memahaminya sesuai dengan
konteks keadaan yang melatari orang tersebut, baik fisik maupun sosial.[9]
Kepentingan Sosial
Adler menganggap kepekaan sosial ini bukan sekedar bawaan
sejak lahir dan bukan pula diperoleh hanya dengan cara dipelajari, melainkan
gabungan keduanya. Kepekaan sosial didasarkan pada sifat-sifat bawaan dan
dikembangkan lebih lanjut agar tetap bertahan.
Di lain pihak, bagi Adler, tidak ada kesadaran sosial
adalah sakit jiwa yang sesungguhnya. Segala bentuk sakit jiwa-neurotik,
psikotik, tindak kriminal, narkoba, kenakalan remaja, bunuh diri, kemiskinan,
prostitusi, dan lain-lain sebagainya- adalah penyakit-penyakit yang lahir
akibat tidak adanya kesadaran sosial. Tujuan orang-orang yang mengidap penyakit
ini adalah superioritas personal, keberhasilan dan kemenangan hanya berarti
untuk mereka sendiri.[10]
3) Psikologi Behaviorisme (Burrhus
Frederic Skinner 1904-1990)
Struktur kepribadian
Menurut Skinner, penyelidikan mengenai kepribadian hanya
sah jika memenuhi beberapa kriteria ilmiah. Umpamanya, ia tidak akan menerima
gagasan bahwa kepribadian (personality) atau diri(self) yang
membimbing atau mengarahkan perilaku.
Bagi Skinner, studi mengenai kepribadian itu ditujukan
pada penemuan pola yang khas dari kaitan antara tingkah organisme dan berbagai
konsekuensi yang diperkuatnya.
Selanjutnya, Skinner menguraikan sejumlah tehnik yang
digunakan untuk mengontrol perilaku. Kemudian banyak diantaranya dipelajari
oleh social-learning theoritists yang tertarik dalam modeling dan modifikasi
perilaku. Tehnik tersebut adalah sebagai berikut (Wulansari & Sujatno,
1997).[11]
1. Pengekangan Fisik ( physical restraints )
2. Bantuan Fisik ( physical aids)
3. Mengubah Kondisi Stimulus (changing the
stimulus conditions)
4. Manipulasi Kondisi Emosional (manipulating emotional
conditions)
5. Melakukan Respons-respons Lain (performing
alternative responses)
6. Menguatkan Diri Secara Positif (positive
self-reinforcement).
7. Menghukum Diri Sendiri ( self punishment).
Selanjutnya Skinner membedakan perilaku atas :[12]
1. Perilaku yang alami (innate behavior),
atau yang biasa disebutrespondent behavior. Yaitu perilaku yang
ditimbulkan oleh stimulus yang jelas.
2. Perilaku Operan (operant behavior), yaitu
perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang tidak jelas atau tidak diketahui,
tetapi semata-mata ditimbulkan organisme itu sendiri.
Bagi Skinner, faktor motivational dalam tingkah laku
bukan bagian elemen struktural. Dalam situasi yang sama tingkah laku seseorang
bisa berbeda-beda kekuatan dan keseringan munculnya. Konsep motivasi yang
menjelaskan variabilitas tingkah laku dalam situasi yang konstan bukan fungsi
dari keadaan energi, tujuan, dan jenis penyebab sebagainya. Konsep itu secara
sederhana dijelaskan melalui hubungan sekelompok respon dengan sekelompok
kejadian. Penjelasan mengenai motivasi ini juga berlaku untuk emosi.
Dinamika Kepribadian
Kepribadian dan Belajar
Hakikat teori skinner adalah teori belajar, bagaimana
individu menjadi memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil, menjadi
lebih tahu. Dia yakin bahwa kepribadian dapat dipahami dengan mempertimbangkan
tingkah laku dalam hubungannya yang terus menerus dengan lingkungannya. Cara
yang paling efektif untuk mengubah dawn mengontrol tingkah laku adalah dengan
melakukan penguatan (reinforment), suatu strategi kegiatan yang membuat
tingkah laku tertentu berpeluang untuk terjadi atau sebaliknya (berpeluang
tidak terjadi) pada masa yang akan datang. Konsep dasarnya sangat sederhana
yakni semua tingkah laku dapat dikontrol.
Tingkah laku Kontrol Diri
Prinsip dasar pendekatan skinner adalah : Tingkah laku
disebabkan dan dipengaruhi oleh variabel eksternal. Tidak ada dalam diri
manusia, tidak ada bentuk kegiatan eksternal, yang mempengaruhi tingkah laku.
Pengertian kontrol diri ini bukan mengontrol kekuatan di dalam “self”, tetapi
bagaimana self mengontrol variabel-variabel luar yang menentukan tingkah
laku.[13]
Stimulan Aversif
Stimulasi aversif adalah lawan dari stimulant penguatan,
sesuatu yang tidak menyenangkan atau bahkan menyakitkan.
“Perilaku yang diikuti oleh stimulant
aversif akan memperkecil kemungkinan diulanginya perilaku tersebut pada
masa-masa selanjutnya.”[14]
Definisi ini sekaligus menggambarkan bentuk pengkondisian
yang dikenal dengan hukuman.
Kondisioning Klasik (Classical Conditioning)
Kondisioning klasik, disebut juga kondisioning responden
karena tingkah laku dipelajari dengan memanfaatkan hubungan stimulus-respon
yang bersifat refleksbawaan.
Kondisioning Operan (Operant
Conditioning)
Reinforser tidak diasosiasikan dengan stimulus yang
dikondisikan, tetapi diasosiasikan dengan respon karena respon itu sendiri
beroperasi memberi reinsforment. Skinner menyebut respon itu sebagai tingkah
laku operan (operant behavior).
Tingkah laku responden adalah tingkah laku otomatis atau refleks,
yang dalam kondisioning klasik respon diusahakan dapat dimunculkan dalam
situasi yang lain dengan situasi aslinya. Tingkah laku operan mungkin belum
pernah dimiliki individu, tetapi ketika orang melakukannya dia mendapat hadiah.
Respon operan itu mendapat reinforcement, sehingga berpeluang untuk lebih
sering terjadi. Kondisioning operan tidak tergantung pada tingkah laku otomatis
atau refleks, sehingga jauh lebih fleksibel dibanding kondisioning klasik.
B. F. Skinner dengan pandangannya yang radikal,
banyak salah dimengerti dan mendapat kritik yang tidak proporsional. Betapapun
orang harus mengakui bahwa teori Behaviorisme paling berhasil dalam mendorong
penelitian dibidang psikologi dengan pendekatan teoritik lainnya. Berikut lima
kritik terpenting terhadap B. F. Skinner.
1. teori skinner tidak menghargai harkat manusia.
Manusia bukan mesin otomat yang diatur lingkungan semata. Manusia bukan
robot, tetapi organisme yang memiliki kesadaran untuk bertingkah laku dengan
bebas dan spontan.
2. gabungan pendekatan nomoterik dan idiografik
dalam penelitian dan pengembangan teori banyak menimbulkan masalah metodologis.
3. pendekatan skinner dalam terapi tingkah laku
secara umum dikritik hanya mengobati symptom dan mengabaikan penyebab internal
mental dawn fisiologik.
4. generalisasi dari tingkah laku merpati mematok
makanan menjadi tingkah laku manusia yang sangat kompleks, terlalu luas/ jauh.
KESEHATAN MENTAL
Postingan kali pertama ini, genpsikologi akan membahas tentang kesehatan mental..
Kesehatan mental merupakan keinginan wajar bagi setiap
manusia seutuhnya, tapi tidaklah mudah mendapatkan kesehatan jiwa seperti itu.
Perlu pembelajaran tingkah laku, pencegahan yang dimulai secara dini untuk
mendapatkan hasil yang dituju oleh manusia. Untuk menelusurinya diperlukan
keterbukaan psikis manusia ataupun suatu penelitian secara langsung atau tidak
langsung pada manusia yang menderita gangguan jiwa. Pada dasarnya untuk
mencapai manusia dalam segala hal diperlukan psikis yang sehat. Sehingga dapat
berjalan menurut tujuan manusia itu diciptakan secara normal.
A. Pengertian Kesehatan Mental
Istilah kesehatan mental diambil dari konsep mental
hygiene. Kata mental diambil dari bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan
psyche dalam bahas latin yang artinya psikis, jiwa atau kejiwaan.Kesehatan
mental merupakan bagian dari psikologi agama, terus berkembang dengan pesat.
Hal ini tidak terlepas dari kondisi masyarakat yang membutuhkan jawaban atas
berbagai permasalahan yang melingkupinya.
B. Dimensi Psikologis Kesehatan Mental
Aspek psikis manusia pada dasarnya merupakan satu
kesatuan dengan sistem biologis, sebagai sub sistem dari eksistensi manusia,
maka aspek psikis selalu berinteraksi dengan keseluruhan aspek kemanusiaan.
Karena itulah aspek psikis tidak dapat dipisahkan untuk melihat sisi jiwa
manusia.
Ada beberapa aspek psikis yang turut berpengaruh terhadap kesehatan mental, antara lain :
Pengalaman awal Pengalaman awal merupakan segenap pengalaman-pengalaman yang terjadi pada individu terutama yang terjadi di masa lalunya. Pengalaman awal ini adalah merupakan bagian penting dan bahkan sangat menentukan bagi kondisi mental individu di kemudian hari.Kebutuhan Pemenuhan kebutuhan dapat meningkatkan kesehatan mental seseorang. Orang yang telah mencapai kebutuhan aktualisasi yaitu orang yang mengeksploitasi dan segenap kemampuan bakat, ketrampilannya sepenuhnya, akan mencapai tingkatan apa yang disebut dengan tingkatan pengalaman puncak.Dalam berbagai penelitian ditemukan bahwa orang-orang yang mengalami gangguan mental, disebabkan oleh ketidakmampuan individu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan yang dimaksud di sini adalah kebutuhan dasar yang tersusun secara hirarki. Kebutuhan biologis, kebutuhan rasa aman, meliputi kebutuhan dicintai, kebutuhan harga diri, pengetahuan, keindahan dan kebutuhan aktualisasi diri.
Ada beberapa aspek psikis yang turut berpengaruh terhadap kesehatan mental, antara lain :
Pengalaman awal Pengalaman awal merupakan segenap pengalaman-pengalaman yang terjadi pada individu terutama yang terjadi di masa lalunya. Pengalaman awal ini adalah merupakan bagian penting dan bahkan sangat menentukan bagi kondisi mental individu di kemudian hari.Kebutuhan Pemenuhan kebutuhan dapat meningkatkan kesehatan mental seseorang. Orang yang telah mencapai kebutuhan aktualisasi yaitu orang yang mengeksploitasi dan segenap kemampuan bakat, ketrampilannya sepenuhnya, akan mencapai tingkatan apa yang disebut dengan tingkatan pengalaman puncak.Dalam berbagai penelitian ditemukan bahwa orang-orang yang mengalami gangguan mental, disebabkan oleh ketidakmampuan individu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan yang dimaksud di sini adalah kebutuhan dasar yang tersusun secara hirarki. Kebutuhan biologis, kebutuhan rasa aman, meliputi kebutuhan dicintai, kebutuhan harga diri, pengetahuan, keindahan dan kebutuhan aktualisasi diri.
C. Gangguan dan Penyakit Jiwa
Psikosomatik
Adalah penderita yang menemukan kelainan-kelainan atau keluhan. Pada tubuhnya yang disebabkan oleh faktor-faktor emosional melalui syarat yang menimbulkan perubahan yang tidak mudah pulihnya, misalnya : sulit tidur jika banyak masalah, hilang nafsu makan, makan berlebihan.
Adalah penderita yang menemukan kelainan-kelainan atau keluhan. Pada tubuhnya yang disebabkan oleh faktor-faktor emosional melalui syarat yang menimbulkan perubahan yang tidak mudah pulihnya, misalnya : sulit tidur jika banyak masalah, hilang nafsu makan, makan berlebihan.
2. Kelainan kepribadian
Penderita sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosial. Misalnya orang suka meledak emosinya.
3. Retardasi mental
Adalah keterbelakangan atau keterlambatan perkembangan
jiwa seseorang.
Contoh dalam memahami sesuatu ilmu pengetahuan yang baru di dapat atau kata-kata baru, cara pemahamannya terlalu lama.
Contoh dalam memahami sesuatu ilmu pengetahuan yang baru di dapat atau kata-kata baru, cara pemahamannya terlalu lama.
4. Rasionalisasi
Dimana penderita sering memutarbalikkan fakta yang
bersangkutan dengan ego individunya sendiri atau dalam arti lain
memutarbalikkan hati nuraninya sendiri yang mengakibatkan kepercayaan diri
hilang.
5. Neurosis
5. Neurosis
Adalah gangguan jiwa yang penderitanya masih dalam
keadaan sadar, dengan melalui ketidakberesan tingkah laku, susunan syaraf juga
karena sikap seseorang terhadap orang lain.
Ciri-ciri neurosis meliputi : sering adanya konflik, reaksi kecemasan, kerusakan aspek-aspek kepribadian, phobia, gangguan pencernaan. Seseorang yang terkena neurosis mengetahui bahwasanya bahwa jiwanya terganggu, baik disebabkan gangguan jasmani dan jiwanya sendiri.
Ciri-ciri neurosis meliputi : sering adanya konflik, reaksi kecemasan, kerusakan aspek-aspek kepribadian, phobia, gangguan pencernaan. Seseorang yang terkena neurosis mengetahui bahwasanya bahwa jiwanya terganggu, baik disebabkan gangguan jasmani dan jiwanya sendiri.
6. Psikosis
Pada psikosis ini penderita sudah tidak dapat menyadari
apa penyakitnya, karena sudah menyerang seluruh keadaan netral jiwanya.
Ciri-cirinya meliputi :
1. Disorganisasi proses pemikiran
2. Gangguan emosional
3. Disorientasi waktu, ruang
4. Sering atau terus berhalusinasi
D. Terapi Gangguan Jiwa
Terapi di sini mengandung arti proses penyembuhan dan
pemulihan jiwa yang benar-benar sehat. Di antaranya terapi-terapi yang
digunakan meliputi beberapa bentuk :
Terapi holistic, yaitu terapi yang tidak hanya menggunakan obat dan ditujukan kepada gangguan jiwanya saja, dalam arti lain terapi ini mengobati pasien secara menyeluruh
Psikoterapi keagamaan, yaitu terapi yang diberikan dengan kembali mempelajari dan mengamalkan ajaran agama.
Terapi holistic, yaitu terapi yang tidak hanya menggunakan obat dan ditujukan kepada gangguan jiwanya saja, dalam arti lain terapi ini mengobati pasien secara menyeluruh
Psikoterapi keagamaan, yaitu terapi yang diberikan dengan kembali mempelajari dan mengamalkan ajaran agama.
Farmakoterapi, yaitu terapi dengan menggunakan obat.
Terapi ini biasanya diberikan oleh dokter dengan memberikan resep obat pada
pasien.
Terapi perilaku, yaitu terapi yang dimaksudkan agar
pasien berubah baik sikap maupun perilakunya terhadap obyek atau situasi yang
menakutkan. Secara bertahap pasien dibimbing dan dilatih untuk menghadapi
berbagai objek atau situasi yang menimbulkan rasa panik dan takut. Sebelum melakukan
terapi ini diberikan psikoterapi untuk memperkuat kepercayaan diri.